MEKARE-KARE, tradisi perang di Desa Tenganan

(persiapan sebelum mekare - kare)
Suatu pagi (1 Mei '10), ketika saya dan beberapa teman rider Suzuki Bandit mengunjungi desa Tenganan - Karangasem, terlihat puluhan massa berkumpul. Tertarik untuk melihat apa yang sedang berlangsung, kami pun menyempatkan bertanya apa yang sedang terjadi. Mereka pun menjawab sedang mempersiapkan perang. Hah...perang??? kaget juga kami mendengar jawaban tersebut. Namun, belum hilang rasa kaget tersebut, penduduk setempat langsung mengatakan bahwa perang tersebut bukanlah perang dalam artian yang sebenernya. Wuiiih....lega hati kami, soalnya udah terbanyang bakalan terjebak ditengah-tengah peperangan. Ternyata, pagi ini mereka sedang mempersiapkan prosesi adat setempat. Prosesi ini dilangsungkan untuk upacara terkait dengan aci sasih ketiga (penjelasan ada di paragraf selanjutnya) yang menurut tokoh masyarakat setempat bermakna sebagai tes psikologi bagi calon pemimpin di desanya. Tes ini diikuti oleh dua pemuda desa yang sudah terpilih dengan berbagai kriteria. Usai upacara ini,dua bulan kemudian (sekitar bulan Juli) digelar ngusaba sembah dengan tradisi uniknya megeret pandan (perang pandan). Dua pemuda ini nantinya akan bertarung diatas ring dengan bersenjatakan daun pandan yang berduri tajam. Pasti akan terjadi luka kan? namun mereka sudah menyiapkan ramuan antiseptik yang terbuat dari tanaman sejenis umbi-umbian. Proses ini merupakan tradisi untuk melatih fisik dan mental calon pemimpin.
Aci sasih ketiga ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan dan ungkapan terima kasih kepada Hyang Maha Pengasih atas kemakmuran yang dilimpahkan ke desanya. Saat itu juga dalam rangka meneruskan kepemimpinan desa, direkrutlah calon pemimpin yang berasal dari pemuda setempat. Satu sebagai petugas, dan yang satunya lagi sebagai penampih (pendamping). Kedua calon pemimpin ini negen (memikul) dua sosokan (bakul dari ayaman bambu) yang berisi buah pisang. Mereka berjalan memasuki desa melalui jalan utama. Sementara itu puluhan kasinoman (pemuda biasa) telah siap menyambutnya. Mereka masing-masing juga negen buah kelapa dan satu iris buah pisang. Begitu prosesi dimulai, dua calon pemimpin ini disoraki dan dilempari buah pisang oleh kasinoman. Dua calon pemimpin tersebut membalas dengan lemparan buah pisang yang berasal dari sosokan yang mereka pikul sembari terus berjalan menuju depan Pura Bale Agung. Keduanya sibuk menahan da membalasnya, meski memikul beban dua sosokan pisang. Dalam prosesi ini, jelas terlihat kedua calon pemimpin tersebut harus sigap dan tngkas terhadap serangan fisik maupun psikologis. Meski hanya dua orang, namun mereka tak sampai keteter, bahkan tampak unggul menahan serangan dari kasinoman. Tak ada rasa marah maupun dendam, namun prosesi ini dijalani dengan gelak tawa penuh rasa kekeluargaan.
Melihat prosesi ini, tersenyum saya dibuatnya. Dan, dalam hati berpikir alangkah bijaksananya jika pemimpin bangsa ini mempunyai sikap yang dicerminkan oleh kedua calon pemimpin desa itu. SEMOGA.......
(Mekare-kare...hajarrr!!)


Note:
Desa Tenganan merupakan salah satu obyek wisata unggulan Kabupaten Karangasem. Di desa ini pula masih bisa ditemui rumah-rumah penduduk yang becorak arsitektur asli Bali. Desa Tenganan terkenal pula dengan desa penghasil kerjinan kain tenun
So....bagi teman2 yang pada pengen liat desa tersebut, jangan lupa bawa kamera untuk mengabadikan keindahan desa tersebut.
Desa Tenganan bisa dicapai dengan berkendara sekitar 2-3 jam dari Kota Denpasar. (kearah timur), kalau masih bingung hubungi kami deh...hehehe

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons